Oleh: Septa Nuril Fahmi
Dia merupakan sosok orang yang lebih percaya
akan bacaannya dari pada orang mengabarkan kepadanya, tentang sesuatu apapun. Maka dari itu, dia ingin sekali menularkan
kepercayaan tersebut kepada sahabat-sahabat terdekatnya termasuk kepada penulis
sendiri. Dia adalah ahmad hifni.
Mungkin bagi orang lain dia sosok orang yang
menjengkelkan ketika berada di forum presentasi khususnya di kelas dengan
argumen-argumennya yang tajam. Namun, bagi saya hal ini membuat saya berfikir
dan harus lebih siap dalam presentasi mata kuliah di kelas, tentu dengan banyak
bacaan sehingga pendapatnya yang tajam bisa dipatahkan dan dijawab.
Ketika itu, mungkin saya hanya berfikir anak
ini hanya berusaha mematahkan segala isi presentasi saya. Akan tetapi, ternyata
ini adalah caranya untuk menghidupkan kembali budaya membaca dikalangan
mahasiswa, yang mana mahasiswa sekarang hanyalah mengandalkan logika saja tanpa
bukti referensi yang kuat. Hal ini baru saya sadarkan ketika menginjak semester
3, yang mana kita sudah menjadi sangat akrab dan sering berdiskusi baik di kamar
kost maupun di tempat-tempat angkringan
bersama dengan sahabat-sahabat lain juga.
Berani berpendapat.
Sikap berani
berpendapat tidak semua orang memilikinya. ini yang saya rasa sudah pudar, baik dikalangan mahasiswa kupu-kupu atau mahasiswa organisatoris. Banyakan
dari mereka lebih mendahulukan rasa kekeluargaan alias tidak enakan apalagi
pendapat kita bertabrakan dengan pendapat teman kita.
Lain halnya dengan sahabat saya ini Ahmad
Hifni. Saya ingat betul bagaimana ia sangat lantang berpendapat tentang jurusan
bahasa dan sastra arab yang dikata madesu dan dijelek-jelekan. Didepan forum
kelas. Ketika itu, memang kita semua anak-anak kelas belum terlalu kenal satu
sama lain sehingga komunikasi diantara kita masih kurang dan belum kompak
melawan dosen tersebut. Akan tetapi, dia dengan lantang dan suara khas
maduranya membuat anak-anak kelas dibuat kaget dan kagum sekaligus bangga
menjadi bagian dari jurusan sastra bahasa arab.
Kira-kira seperti ini Dia berpendapat, “ kami
semua di sini ingin menuntut ilmu dan belajar saja tanpa harus mematahkan
semangat kami untuk semua ini pak. Kami datang dari jauh ada yang dari seberang
dan daerah-daerah lain yang jauh tentu dengan hal seperti ini bapak sudah
meremehkan kami ”.
Kejadian ini yang membuat saya tertarik ingin
mengenalnya lebih jauh. Kebetulan sekali kita masuk dalam organisasi yang sama
dan kita selama 4 tahun selalu satu kelas bersamanya. Dari sini saya sedikit
memahami karakternya yang berani. Dia
berasal dari keluarga jawa dan madura,
ayah seorang madura asli dan ibu seorang jawa dari timur. Karakter madura yang
begitu kuat dia dapat dari ayahnya jadi tidaklah heran jika dia begitu lantang
dan berani dalam beraspirasi.
Membaca dan tulis menulis.
Mahasiswa semester satu merupakan objek yang
empuk bagi mereka para senior dari semua
organisasi untuk menambah jumlah anggota mereka. Cara mempengaruhinya pun
bermacam-macam mulai dari diskusi, refreshing ke puncak mengatasnamakan
jurusan, bahkan memberi perhatian lebih terhadap para juniornya yang baru. Akan
tetapi hal seperti ini tidak begitu mempengaruhi saya khususnya dan angkatan
2011 PMII Komfaka dari jurusan bahasa dan sastra arab umumnya. Saya dan
sahabat-sahabat lain seperti Fahmi Saifuddin,
Ahmad Ridwan Hutagalung, Ahmad Hifni, Uus Mustar, Azwin Ramdani, Muzanni, Aiz
Hawazaen, Sidiq M. Faruq dan sahabat-sahabat lain di kelas A, bahkan sudah
memunculkan aroma panas di kelas tentang organisasi yang kita pilih dan
organisasi sebelah meski kta belum menjadi anggota resmi tapi kita sudah
menjadi MILITAN sejak awal dan sampai sekarang tanpa adanya paksaan.
Berawal
dari ikutnya kami (saya dan hifni) dalam organisasi MMS (moderate moslem
society) yang diketuai oleh Zuhairi Misrawi, kami menjadikan bacaan adalah
sebuah hal yang fardhu ain setiap hari dan menulis setiap minggunya yang
nantinya akan dikoreksi satu persatu sehingga akan menjadi lebih baik nantinya.
Bersama anggota pmii komfaka lainnya, seperti ulil kami berlomba-lomba berapa
buku yang sudah dibaca dan berapa tulisan yang sudah kami buat serta mengajukan
tulisan kami ke kompas.
Dari sinilah kami anggota MMS merasakan
kegelisahan terhadap budaya baca dan tulis menulis yang hilang di tubuh PMII
Komfaka. Selanjutnya, kami berkoordinasi tentu dengan sahabat-sahabat PMII
Komfaka lainnya bersama BPH sehingga diselenggarakannya diskusi dan pembuatan
website yang mana untuk menampung tulisan para anggota PMII Komfaka baik yang
senior maupun junior bahkan dosen sekalipun.
Saya merasakan peran dia dalam memperjuangkan ide dan gagasan tulis
menulis cukup besar. Mulai dari dia yang menampung tulisan anak-anak dan
menampilkannya ke dalam website (www.pmiikomfaka.com) dan menagih tulisan sahabat-sahabat
PMII Komfaka lain. Namun, program ini tentu tidak akan berjalan tanpa dari
dukungan sahabat-sahabat lainnya.
Tidak hanya menyuruh saja, dia juga sering memberikan tauladan
dalam menulis dan membaca bahkan tulisan dia sudah pernah ditampilkan di media
cetak Republika. Selain menyimpan tulisannya di file-file laptop, dia juga
memanfaatkan media blog (ahmad-hifni.blogspot.com) untuk memberikan sekedar informasi
ke khalayak umum.
Oleh karena itu, Membaca dan menulis ibarat sepasang mata koin yang
tak bisa dipisahkan. Semua orang bisa menulis, akan tetapi kualitas tulisan orang tentu berbeda-beda. Semakin banyak
membaca tentu seseorang dalam menulis kualitasnya menjadi semakin baik. Inilah
pengalaman penulis bersama sahabat Ahmad Hifni yang sama-sama tergabung dalam
MMS dan PMII Komfaka. Bagi penulis, dia merupakan sosok yang menyenangkan
bahkan telah memberikan sedikit ilmu yang memberikan perubahan kepada penulis
tanpa ia rasakan. Terimakasih sahabat, terimakasih PMII Komfaka, dan
terimakasih MMS.
0 komentar :
Posting Komentar