Sabtu, 25 Oktober 2014


Text Box: KOMUNITAS BLUSUKAN                                                                                  








“ sumpah pemuda day “
 



Rounded Rectangle: Sekretariat : Blok A2 No.3 Kampung  Utan – Cempaka Putih – Ciputat Timur -  Tangerang  15412. Telp. 085655054993


 




MEREDEFINISI SUMPAH PEMUDA
Oleh: Septa Nuril Fahmi*
Sumpah pemuda adalah suatu moment penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Dimana kita melihat sebuah persatuan dan pergerakan dari para pemuda untuk bebas dari permasalahan yang ada. Dalam perjalanannya pun arti sumpah pemuda terus mengalami perubahan, seiring dengan berjalannya sejarah Negara Kesatuan Republik  Indonesia.
Peristiwa sumpah pemuda juga bisa dikatakan sebagai pintu besar dalam sejarah pergerakan kemerdekaan indonesia.  
Tercatat dalam sejarah, sumpah pemuda tidaklah terjadi begitu saja, melainkan melalui sebuah proses yang cukup panjang. Mulai dari kongres pemuda pertama yang diadakan pada tahun 1926 dan kongres kedua pada tahun 1928. Sebenarnya, pada tahun 1927 para pemuda juga mengadakan kongres, akan tetapi dalam kongres tersebut tidak menghasilkan sebuah keputusan.
Kongres yang diprakarsai oleh PPPI (perhimpunan pelajar-pelajar indonesia) ini, berhasil mengumpulkan organisasi kepemudaan indonesia dari ujung sumatera sampai papua. Dalam buku Sumpah Pemuda: Latar Belakang Dan Pengaruhnya Bagi Pergerakan Nasional dikatakan bahwa Diantara yang hadir ketika itu adalah Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Sekar Roekoen, Jong Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi, Boedi Oetomo, Timoresch Verbond, dan Permoefakatan Perhimpoenan- perhimpoenan Polotik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), utusan Pemerintah Hindia Belanda, Patih Batavia, polisi, Politieke Inlichtingen Dienst, dan Adviseur voor Inlandsch Zaken.
Selama kongres berlangsung, khususnya pada tahun 1928 yang mana kongres tersebut merupakan kongres final atau kongres yang terakhir menghasilkan sebuah keputusan yang telah disepakati bersama. Seperti yang dikatakan dalam buku Perhimpunan Indonesia Sampai Dengan Lahirnya Sumpah Pemuda karya Sudibyo hasil dari kongres tersebut diantaranya, ikrar setia pemuda indonesia, yakni pertama: kami poetera dan poeteri indonesia mengakoe bertoempah–darah jang satoe tanah indonesi, Kedua: Kami poetera dan poeteri indonesia mengakoe berbangsa jang satoe bangsa indonesia, Ketiga: Kami poetera dan poeteri indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean bahasa indonesia,lambangan warna yang berupa pengibaran bendera merah putih, lambangan suara, dengan melagukan lagu indonesia raya, ciptaan w.r. supratman, dan lambangan lukisan, berupa lencana garuda terbang.
Moment sumpah pemuda ketika itu oleh William H. Frederick dan  Soeri Soeroto dalam bukunya Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi dikatakan bahwasanya peristiwa itu diperlukan hanya untuk meneguhkan suatu integrasi bangsa. Sumpah pemuda sebenaranya, hanyalah jawaban dari banyaknya konflik yang bermunculan ketika itu yang mengharuskan untuk mengambil sebuah tindakan.

Sumpah pemuda era kolonialisme.
Telah kita ketahui betapa sulitnya keadaan saat itu, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam bertindak karena pihak Belanda siap menarik pelatuknya bagi siapa saja yang melawan. Hanya orang berani sajalah yang siap melawan untuk sebuah kebenaran dan menegakkan keadilan.
Gambaran kecil di atas mungkin mengingatkan kita kepada founding father bangsa ini yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah kebebasan yang kita rasakan sampai saat ini. Seperti halnya sikap para founding father, para pemuda ketika melakukan hal yang sama. Berkumpul dalam suatu kongres kemudian membuktikannya dengan sebuah tindakan nyata.
Pada saat itu, Mereka langsung menyebarkan hasil kongres melalui surat kabar. Meski pihak belanda melarangnya, mereka tetap melakukan hal itu, bahkan di radio-radio lagu indonesia raya diputar. Mereka rela berbuat apa saja demi kemerdekaan, bahkan nyawa sekalipun sebagai pertaruhannya.
Semangat nasionalisme yang begitu membara dan persamaan nasib sebagai kaum yang dijajah ketika itu, adalah motivasi terbesar para pemuda dalam bertindak. Sikap yang perlu kita teladani dan sebagai contoh di kehidupan nyata. Bukan hanya kepentingan pribadi melainkan nasib bangsa ini yang harus lebih baik dari pada hari ini.
Sumpah Pemuda Era Modern
Seiring waktu berlalu, makna sumpah pemuda telah mengalami metamorfosis, khususnya dari segi makna. Dengan terbentuknya  badan yang menaungi negara-negara yang ada di dunia, PBB, maka kejelasan hukum internasional dan kedamaian dunia pun bisa tercipta. Sumpah pemuda bukan lagi berbicara tentang perjuangan untuk sebuah pengakuan negara yang merdeka dan berdaulat, akan tetapi lebih kepada aksi konkret dari pemuda untuk bangsa yang lebih maju dan sejahtera.
Seperti yang kita ketahui, para pemuda dahulu telah berhasil mengatasi masalah kolonialisme dengan membentuk suatu ikrar dan persatuan diantara pemuda-pemuda dari ujung aceh hingga ujung papua. Kemudaian mereka memberi bukti nyata lewat tulisan-tulisan koran bertemakan nasionalisme dan sebuah perlawanan sengit pada 10 november 1945, yang nantinya akan memperkokoh dan mempertegas kemerdekaan Indonesia dan NKRI.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia sekarang tentu berbeda dengan Indonesia yang dulu sebelum masa kemerdekaan. Permasalahan yang dihadapi Indonesia sekarang jauh lebih kompleks, mulai dari SDM, energi, ekonomi, hukum sampai masalah kependudukan.
Hal ini bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, melainkan dari kita semua yang ber-KTP-kan Indonesia. Solusi-solusi dari permasalahan itu haruslah kita dapatkan untuk terciptanya Indonesia yang lebih makmur dan sejahtera, khususnya datang dari kawula muda.
Seperti kata presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, “ berikan saya 1000 orang tua, nisacaya akan kucabut semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 orang pemuda , nisacaya akan kuguncangkan dunia ”. Dari kata-kata bung karno itulah, bisa kita artikan di tangan pemudalah cita-cita bangsa di tangguhkan.
Di bidang energi, Indonesia belum sepenuhnya teratasi. Masih banyak desa-desa yang sampai saat ini belum teraliri listrik. Seperti di desa candi, sumatera selatan yang sampai tahun 2002 belum teraliri listrik, sampai datangnya seseorang yang bernama M. Tahir (25) barulah masyarakat setempat bisa mencicipi listrik hanya dengan kincir air. Pemuda ini termotivasi untuk memecahkan masalah kelistrikan di daerah tersebut. Dia merasa, ketika malam datang daerah ini terasa seperti kuburan, gelap gulita. Sekarang, dia dikenal sebagai insinyur “kincir air”.
Kabar baik masalah energi juga datang dari universitas sumatera utara (USU). Mahasiswa fakultas teknik mesin berhasil membuat mobil hemat energi. Mobil ini bisa melaju 250 km hanya dengan satu liter. Keberhasilan  ini membuat Indonesia bisa menghemat BBM di tengah-tengah berkurangnya cadangan minyak dunia.
Ilmu pengetahuan pun tak luput dari perhatian pemerintah. Josephine Monica, Pelajar BPK Penabur itu merupakan peraih medali emas Indonesia Olimpiade Fisika di IPhO 2014. Monica adalah siswi pertama Indonesia yang meraih emas di IPhO dan peraih medali emas di APhO. Bukan hanya nama Monica saja yang harum, nama indonesia pun turut harum dalam ajang international tersebut. Dia juga mendapatkan potongan tumpeng ketiga pada acara syukuran rakyat beberapa hari yang lalu di Monas, jakarta.
Jika diceritakan satu-persatu anak muda indonesia yang berprestasi, maka tidaklah cukup untuk mengisi lembaran ini. Inilah makna sumpah pemuda masa kini, dia tidak lagi memikirkan manfaat untuk dirinya, melainkan manfaat untuk orang lain, bangsa, dan negaranya. Pemuda yang selalu berinovasi dan kreatif untuk memecahkan segala permasalahan yang ada di bangsa ini serta bertindak positif dan patuh terhadap hukum yang berlaku.
*Penulis adalah anggota aktif MMS (moderate muslim society) dan koord. Bidang Renaisance PMII KOMFAKA.


PERGERAKAN PEMUDA BARU
Oleh: Ahmad Hifni**
Pergerakan pemuda 1928 membawa ikrar bernama ‘Sumpah pemuda’. Pergerakan pemuda itulah yang mengantarkan kita pada gerbong kemerdekaan. Maka semangat dan kecintaan pada tanah air harus tetap terpatri bagi pemuda baru, terutama mahasiswa.
Pemuda adalah nafas zaman, tumpuan masa depan bangsa yang kaya akan kritik, imajinasi, serta peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah perubahan masyarakat- Agen of Change. Tidak bisa dipungkiri, pemuda memegang peran penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita. Dalam perspektif bangsa kita, sesungguhnya pada abad 20 hingga sekarang adalah sejarah dinamika pergerakan anak-anak muda.
Belajar Sejarah
Sejarah membuktikan kebenarannya bahwa revolusi 1945 adalah revolusi pemuda, yang merupakan klimaks dari long march perjuangan bangsa sejak masa pra-kemerdekaan. Tokoh-tokoh sentral seperti dr Wahidin Sudirohusodo, yang menggagas perkumpulan Budi Utomo, HOS Tjokroaminoto pendiri Sarekat Islam adalah orang-orang muda di zamannya. Mereka adalah para pioner ulung, konseptor pergerakan pada masa pra-kemerdekaan. Bahkan bung Karno dan bung Hatta menjadi pemimpin negara pada usia muda.
Revolusi Perancis yang menumbangkan monarki di abad pertengahan digerakkan oleh kaum intelektual muda. Pemuda Rosseu, Montesquieu, menjadi motor penggerak revolusi menandai zaman baru dan mengilhami bangkitnya renaisans di Eropa.
Di Rusia, Revolusi Bolsevik menumbangkan Tsar Nicholas II beserta Dinasti Romanov. Revolusi Hongaria meletus di tangan para pemuda dan mahasiswa yang menentang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan adidaya. Eropa Barat juga menyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an. Mahasiswa Spanyol bangkit menentang diktator Jenderal Franco pada 1965. Hal yang sama juga terjadi di Perancis, Italia, Belgia, dan negara Eropa lainnya.
Di dunia Islam Asia-Afrika, para mahasiswa dan pemuda bangkit mempelopori perlawanan terhadap penjajah di sepanjang paruh pertama abad 20 sampai 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Aljazair 1954, mengenyahkan Perancis dari tanah itu. mereka juga berhasil mengusir Inggris dari Mesir. Bahkan sejak 1987 hingga sekarang, anak-anak muda bahkan yang masih bocah, telah meletuskan gerakan intifadhah melawan penjajahan Israel di Palestina.
Semangat Nasionalisme
Gerakan pemuda di Indonesia harus ditopang oleh semangat nasionalisme. Secara teoritis, nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Hal demikian tercermin dalam semangat Sumpah Pemuda 1928, yang  ditandai oleh semangat mencintai Indonesia yakni secara sadar dan cerdas mencita-citakan satu nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia. Maka semangat itu mutlak harus tetap terpatri dalam jiwa kita yang mampu mendorong kebangkitan baru, kebangkitan Indonesia baru, kebangkitan yang sesuai dengan karakter zamannya.
Namun, ketika bangsa Indonesia sudah merdeka, sudah terbebas dari belenggu penjajahan, akan ada musuh baru yang akan dihadapi bangsa ini. Musuh baru itu  berupa lunturnya rasa nasionalisme di kalangan para pemudanya. Pemuda yang seharusnya dapat menjadikan masa depan suatu bangsa lebih baik, justru menjadi musuh yang dapat menghancurkan kehidupan bangsa di masa depan. Terlebih di tengah maraknya golongan mahasiswa dan pemuda yang menolak NKRI, dan menentang ideologi Pancasila. Sungguh naif, mereka justru bangga dan dengan percaya diri mengajak penegakan khilafah dan menolak berdirinya bangsa ini. Padahal, kita dilahirkan oleh ‘rahim’ satu bangsa, bangsa Indonesia.
Untuk konteks masa kini, Semangat nasionalisme bagi mahasiswa tidak harus dengan angkat senjata membela negara dengan berperang, atau membasmi dan mendiskriminasi pada golongan yang kontra terhadap bangsa dan negara, tetapi dengan kecerdasan moral dan intelektual serta kecakapan dan kearifan dalam bersikap dan bertindak akan menjadikan pemuda sebagai tiang kokoh untuk mempertahankan bangsa dan negara. Maka dengan demikian, kita dapat menyadarkan kawan-kawan pemuda yang ternodai oleh doktrin-doktrin anti nasionalisme.
Oleh karena nasionalisme adalah “filter” yang akan mampu menyaring setiap intervensi dari pihak manapun yang hendak meruntuhkan nilai-nilai sakral yang dimiliki bangsa ini. Seluruh komponen bangsa, terlebih generasi muda harus tetap komit dan konsisten untuk memperkokoh semangat nasionalisme yang ditopang idealisme dan patriotisme demi kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia sekarang dan masa mendatang.
Refleksi dan Tantangan
Momentum peringatan hari Sumpah Pemuda ini adalah waktu yang tepat bagi pemuda untuk menunjukkan peranannya kembali, bukan sebagai motor yang menggulingkan rezim diktator, tetapi sebagai lokomotif dalam perubahan sosial yang menjadikan Indonesia maju, sejahtera, dan berkeadilan.
Semuanya telah merindukan dan menanti kembali pergerakan pemuda Indonesia untuk memberi arah perjalanan bangsa ke depan. Kaum muda selalu muncul menjadi pelopor untuk menghentikan kesunyian sejarah dengan mengobarkan api kehidupan yang mencirikan pemuda sebagai pilar kebangkitan sebuah bangsa.
Belajar dari Ki Hajar Dewantoro, pemuda harus memiliki sifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. Artinya pemuda harus berada di garda paling depan dalam melakukan perubahan sosial sebagai lokomotif perubahan. Di tengah, pemuda harus bahu-membahu bersama rakyat dalam mencapai kesejahteraan rakyat. Keadaan yang buruk harus segera diakhiri. Di belakang, pemuda memberikan semangat dan mendorong rakyat bahwa perubahan ke arah yang lebih baik atau yang dicita-citakan dapat tercapai jika mereka bersatu. .
Dalam hal perubahan atau gerakan yang semestinya pemuda inisiasi adalah bukan lagi berbicara tentang pelaku Portugis, Belanda atau Kolonialisme, tetapi melawan konsorsium global beranggotakan lintas negara dan lintas benua. Yaitu era globalisasi yang lebih banyak berdampak negatif, seperti pola hidup masyarakat yang menjadi konsumtif, hedonis, dan materialistik. Maka pada substansinya, tantangan besar kita adalah melawan berbagai macam konsorium era globalisasi itu.
Pemuda Indonesia harus bergerak, terutama mahasiswa. Bangkit dari belenggu keterikatan dan segala bentuk penjajahan. Termasuk penjajahan atas pengekangan berorganisasi, baik organisasi intra maupun ekstra. Mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan dilarang keras menjauhkan dari dari aktivitas organisasi. Menjauhkan diri dari dunia organisasi berarti menjauhkan diri dari kehidupan konkret masyarakat.
 Sebagai gerakan pemuda baru jangan hanya terikat pada pergerakan yang formalitas. Seperti halnya  kegitan KKN terjun ke masyarakat hanya sesaat. Karena semestinya, kita harus sadar dan mengerti bahwa pemuda bagian dari masyarakat. Dengan begitu, kita buktikan, bahwa pemuda baru masih hadir dalam perubahan.
Indonesia menanti gerakan pemuda baru. Untuk itu, Dengan tangan terkepal maju kemuka kita buktikan, bahwa pemuda merupakan unsur yang esensial dalam suatu gerakan perubahan. Bahwa di dalam jiwa pemuda terdapat kerelaan berkorban demi cita-cita. Bahwa di dalam jiwa pemuda mempunyai api idealisme yang tidak menuntut balasan, baik berupa uang atau jabatan. Bahwa di dalam jiwa pemuda terdapat semangat yang selalu membara. Bersama pemuda kita mengkritisi bahkan menentang segala kekuasaan yang tiran. Bersama pemuda, kapal bernama Indonesia akan maju. Tidak diam, atau tenggelam.
**Penulis adalah anggota aktif MMS (moderate muslim society) dan KABID 1 PMII KOMFAKA.



KATA INDONESIA DAN SUMPAH PEMUDA
Oleh: Ulil Abshar***
Dulu, sebelum ada Indonesia, bangsa ini dikenal dengan Nusantara. Nama Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang Barat pada abad XIX. Tiga nama tokoh yang mengusulkan nama pada saat yang hampir bersamaan.
Pertama,  George Samuel Windsor Earl, Inggris (1813-1865). Pada tahun (1850) melalui tulisannya yang berjudul “ on the Leading Caracteristics of the Papuan, Australian-Palay Nation”. Sudah saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama yang khas, sebab nama Hindia tidak tepat. Ia mengusulkan dua nama Indunesia dan Malayunesia, namun Earl lebih memilih Malayunesia.
Kedua, James Richardson Logan (1819-1869). Dalam tulisannya “ The Ethnologyof the Indian Archipelago (1850). Dikatakan istilah  Indian Archipelago (Kepulauan Hindia) menurutnya terlalu panjang dan membingungkan, maka diambillah kata “ Indunesia ”  yang dibuang oleh Earl dan kemudian disempurnakan menjadi Indonesia. Logan lah yang secara Konsisten sekaligus pencetus nama Indonesia.
Ketiga, Adolf Bastian, Jerman (1826-1905). Dia adalah guru besar Etnologi di Universitas Berlin. Dia yang telah mempopulerkan nama Indonesia dikalangan sarjana Belanda melalui bukunya (1884) yang berjudul Indonesian Onder Die Inseln Des Malayischen Archipel sebanyak lima jilid, yang memuat hasil penelitiannya selama 1864-1880 di Nusantara.   
Indonesia lahir melalui realisasi cita-cita bangsa setelah beberapa periode masa perjuangan. Singkatnya, pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda  diikrarkan untuk membangun Negara Bangsa, Negara Indonesia, Bangsa Indonesia. Negara yang dibangun atas dasar Nation State  atau Negara Bangsa.
*** penulis adalah anggota aktif MMS (moderate muslim society) dan KABID 3 PMII KOMFAKA

0 komentar :

Posting Komentar