

|
|||||
![]() |
|||||
![]() |
MEREDEFINISI SUMPAH PEMUDA
Oleh: Septa Nuril Fahmi*
Sumpah pemuda adalah suatu moment penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Dimana kita melihat sebuah
persatuan dan pergerakan dari para pemuda untuk bebas dari permasalahan yang
ada. Dalam perjalanannya pun arti sumpah pemuda terus mengalami perubahan,
seiring dengan berjalannya sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peristiwa sumpah pemuda juga bisa dikatakan
sebagai pintu besar dalam sejarah pergerakan kemerdekaan indonesia.
Tercatat dalam sejarah, sumpah pemuda tidaklah
terjadi begitu saja, melainkan melalui sebuah proses yang cukup panjang. Mulai dari
kongres pemuda pertama yang diadakan pada tahun 1926 dan kongres kedua pada
tahun 1928. Sebenarnya, pada tahun 1927 para pemuda juga mengadakan kongres,
akan tetapi dalam kongres tersebut tidak menghasilkan sebuah keputusan.
Kongres yang diprakarsai oleh PPPI
(perhimpunan pelajar-pelajar indonesia) ini, berhasil mengumpulkan organisasi
kepemudaan indonesia dari ujung sumatera sampai papua. Dalam buku Sumpah Pemuda: Latar Belakang Dan Pengaruhnya
Bagi Pergerakan Nasional dikatakan bahwa Diantara yang hadir ketika itu adalah Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten
Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Sekar Roekoen, Jong Ambon, Pemoeda Kaoem
Betawi, Boedi Oetomo, Timoresch Verbond, dan Permoefakatan Perhimpoenan-
perhimpoenan Polotik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), utusan Pemerintah Hindia
Belanda, Patih Batavia, polisi, Politieke Inlichtingen Dienst, dan Adviseur
voor Inlandsch Zaken.
Selama kongres berlangsung, khususnya pada
tahun 1928 yang mana kongres tersebut merupakan kongres final atau kongres yang
terakhir menghasilkan sebuah keputusan yang telah disepakati bersama. Seperti yang
dikatakan dalam buku Perhimpunan Indonesia Sampai Dengan Lahirnya
Sumpah Pemuda karya Sudibyo hasil dari
kongres tersebut diantaranya, ikrar setia pemuda indonesia, yakni pertama:
kami poetera dan poeteri indonesia mengakoe bertoempah–darah jang
satoe tanah indonesi, Kedua: Kami
poetera dan poeteri indonesia mengakoe berbangsa jang satoe bangsa indonesia, Ketiga: Kami
poetera dan poeteri indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean bahasa indonesia,lambangan warna yang berupa pengibaran bendera
merah putih, lambangan
suara, dengan melagukan lagu indonesia raya, ciptaan w.r. supratman, dan lambangan
lukisan, berupa lencana garuda terbang.
Moment sumpah pemuda ketika itu oleh William
H. Frederick dan Soeri Soeroto dalam bukunya Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah
Revolusi dikatakan bahwasanya
peristiwa itu diperlukan hanya untuk meneguhkan suatu integrasi bangsa. Sumpah pemuda
sebenaranya, hanyalah jawaban dari banyaknya konflik yang bermunculan ketika
itu yang mengharuskan untuk mengambil sebuah tindakan.
Sumpah pemuda era kolonialisme.
Telah kita ketahui betapa sulitnya keadaan
saat itu, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam bertindak karena pihak Belanda
siap menarik pelatuknya bagi siapa saja yang melawan. Hanya orang berani
sajalah yang siap melawan untuk sebuah kebenaran dan menegakkan keadilan.
Gambaran kecil di atas mungkin mengingatkan
kita kepada founding father bangsa ini yang rela mempertaruhkan nyawanya
untuk sebuah kebebasan yang kita rasakan sampai saat ini. Seperti halnya sikap para
founding father, para pemuda ketika melakukan hal yang sama. Berkumpul dalam
suatu kongres kemudian membuktikannya dengan sebuah tindakan nyata.
Pada saat itu, Mereka langsung menyebarkan
hasil kongres melalui surat kabar. Meski pihak belanda melarangnya, mereka
tetap melakukan hal itu, bahkan di radio-radio lagu indonesia raya diputar. Mereka
rela berbuat apa saja demi kemerdekaan, bahkan nyawa sekalipun sebagai
pertaruhannya.
Semangat nasionalisme yang begitu membara dan
persamaan nasib sebagai kaum yang dijajah ketika itu, adalah motivasi terbesar
para pemuda dalam bertindak. Sikap yang perlu kita teladani dan sebagai contoh
di kehidupan nyata. Bukan hanya kepentingan pribadi melainkan nasib bangsa ini
yang harus lebih baik dari pada hari ini.
Sumpah
Pemuda Era Modern
Seiring waktu berlalu, makna sumpah pemuda
telah mengalami metamorfosis, khususnya dari segi makna. Dengan terbentuknya badan yang menaungi negara-negara yang ada di
dunia, PBB, maka kejelasan hukum internasional dan kedamaian dunia pun bisa
tercipta. Sumpah pemuda bukan lagi berbicara tentang perjuangan untuk sebuah
pengakuan negara yang merdeka dan berdaulat, akan tetapi lebih kepada aksi
konkret dari pemuda untuk bangsa yang lebih maju dan sejahtera.
Seperti yang kita ketahui, para pemuda dahulu
telah berhasil mengatasi masalah kolonialisme dengan membentuk suatu ikrar dan
persatuan diantara pemuda-pemuda dari ujung aceh hingga ujung papua. Kemudaian
mereka memberi bukti nyata lewat tulisan-tulisan koran bertemakan nasionalisme
dan sebuah perlawanan sengit pada 10 november 1945, yang nantinya akan
memperkokoh dan mempertegas kemerdekaan Indonesia dan NKRI.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia sekarang
tentu berbeda dengan Indonesia yang dulu sebelum masa kemerdekaan. Permasalahan
yang dihadapi Indonesia sekarang jauh lebih kompleks, mulai dari SDM, energi,
ekonomi, hukum sampai masalah kependudukan.
Hal ini bukanlah tanggung jawab pemerintah
semata, melainkan dari kita semua yang ber-KTP-kan Indonesia. Solusi-solusi
dari permasalahan itu haruslah kita dapatkan untuk terciptanya Indonesia yang
lebih makmur dan sejahtera, khususnya datang dari kawula muda.
Seperti kata presiden pertama Indonesia, Ir.
Soekarno, “ berikan saya 1000 orang tua, nisacaya akan kucabut semeru dari
akarnya. Dan berikan aku 10 orang pemuda , nisacaya akan kuguncangkan dunia ”.
Dari kata-kata bung karno itulah, bisa kita artikan di tangan pemudalah
cita-cita bangsa di tangguhkan.
Di bidang energi, Indonesia belum sepenuhnya
teratasi. Masih banyak desa-desa yang sampai saat ini belum teraliri listrik.
Seperti di desa candi, sumatera selatan yang sampai tahun 2002 belum teraliri
listrik, sampai datangnya seseorang yang bernama M. Tahir (25) barulah
masyarakat setempat bisa mencicipi listrik hanya dengan kincir air. Pemuda ini
termotivasi untuk memecahkan masalah kelistrikan di daerah tersebut. Dia
merasa, ketika malam datang daerah ini terasa seperti kuburan, gelap gulita.
Sekarang, dia dikenal sebagai insinyur “kincir air”.
Kabar baik masalah energi juga datang dari
universitas sumatera utara (USU). Mahasiswa fakultas teknik mesin berhasil
membuat mobil hemat energi. Mobil ini bisa melaju 250 km hanya dengan satu
liter. Keberhasilan ini membuat Indonesia
bisa menghemat BBM di tengah-tengah berkurangnya cadangan minyak dunia.
Ilmu pengetahuan pun tak luput dari perhatian
pemerintah. Josephine Monica,
Pelajar BPK Penabur itu merupakan peraih medali emas Indonesia Olimpiade Fisika
di IPhO 2014. Monica adalah siswi pertama Indonesia yang meraih emas di IPhO
dan peraih medali emas di APhO. Bukan hanya nama Monica saja yang harum, nama indonesia
pun turut harum dalam ajang international tersebut. Dia juga mendapatkan
potongan tumpeng ketiga pada acara syukuran rakyat beberapa hari yang lalu di
Monas, jakarta.
Jika diceritakan satu-persatu anak muda
indonesia yang berprestasi, maka tidaklah cukup untuk mengisi lembaran ini.
Inilah makna sumpah pemuda masa kini, dia tidak lagi memikirkan manfaat untuk
dirinya, melainkan manfaat untuk orang lain, bangsa, dan negaranya. Pemuda yang
selalu berinovasi dan kreatif untuk memecahkan segala permasalahan yang ada di
bangsa ini serta bertindak positif dan patuh terhadap hukum yang berlaku.
*Penulis adalah anggota aktif MMS (moderate
muslim society) dan koord. Bidang Renaisance PMII KOMFAKA.
PERGERAKAN PEMUDA BARU
Oleh: Ahmad Hifni**
Pergerakan pemuda 1928 membawa ikrar bernama ‘Sumpah pemuda’.
Pergerakan pemuda itulah yang mengantarkan kita pada gerbong kemerdekaan. Maka
semangat dan kecintaan pada tanah air harus tetap terpatri bagi pemuda baru,
terutama mahasiswa.
Pemuda adalah nafas zaman, tumpuan masa depan bangsa yang kaya akan
kritik, imajinasi, serta peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah
perubahan masyarakat- Agen of Change. Tidak bisa dipungkiri, pemuda
memegang peran penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan
meraih cita-cita. Dalam perspektif bangsa kita, sesungguhnya pada abad 20
hingga sekarang adalah sejarah dinamika pergerakan anak-anak muda.
Belajar
Sejarah
Sejarah membuktikan kebenarannya bahwa revolusi 1945 adalah
revolusi pemuda, yang merupakan klimaks dari long march perjuangan
bangsa sejak masa pra-kemerdekaan. Tokoh-tokoh sentral seperti dr Wahidin
Sudirohusodo, yang menggagas perkumpulan Budi Utomo, HOS Tjokroaminoto pendiri
Sarekat Islam adalah orang-orang muda di zamannya. Mereka adalah para pioner
ulung, konseptor pergerakan pada masa pra-kemerdekaan. Bahkan bung Karno dan
bung Hatta menjadi pemimpin negara pada usia muda.
Revolusi Perancis yang menumbangkan monarki di abad pertengahan
digerakkan oleh kaum intelektual muda. Pemuda Rosseu, Montesquieu, menjadi
motor penggerak revolusi menandai zaman baru dan mengilhami bangkitnya
renaisans di Eropa.
Di Rusia, Revolusi Bolsevik menumbangkan Tsar Nicholas II beserta
Dinasti Romanov. Revolusi Hongaria meletus di tangan para pemuda dan mahasiswa
yang menentang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan adidaya. Eropa Barat juga
menyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an.
Mahasiswa Spanyol bangkit menentang diktator Jenderal Franco pada 1965. Hal
yang sama juga terjadi di Perancis, Italia, Belgia, dan negara Eropa lainnya.
Di dunia Islam Asia-Afrika, para mahasiswa dan pemuda bangkit
mempelopori perlawanan terhadap penjajah di sepanjang paruh pertama abad 20
sampai 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Aljazair 1954,
mengenyahkan Perancis dari tanah itu. mereka juga berhasil mengusir Inggris
dari Mesir. Bahkan sejak 1987 hingga sekarang, anak-anak muda bahkan yang masih
bocah, telah meletuskan gerakan intifadhah melawan penjajahan Israel di
Palestina.
Semangat
Nasionalisme
Gerakan pemuda di Indonesia harus ditopang oleh semangat
nasionalisme. Secara teoritis, nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri. Hal demikian tercermin dalam semangat
Sumpah Pemuda 1928, yang ditandai oleh
semangat mencintai Indonesia yakni secara sadar dan cerdas mencita-citakan satu
nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia. Maka semangat itu mutlak harus tetap
terpatri dalam jiwa kita yang mampu mendorong kebangkitan baru, kebangkitan
Indonesia baru, kebangkitan yang sesuai dengan karakter zamannya.
Namun, ketika bangsa Indonesia sudah merdeka, sudah terbebas dari
belenggu penjajahan, akan ada musuh baru yang akan dihadapi bangsa ini. Musuh
baru itu berupa lunturnya rasa nasionalisme
di kalangan para pemudanya. Pemuda yang seharusnya dapat menjadikan masa depan
suatu bangsa lebih baik, justru menjadi musuh yang dapat menghancurkan
kehidupan bangsa di masa depan. Terlebih di tengah maraknya golongan mahasiswa
dan pemuda yang menolak NKRI, dan menentang ideologi Pancasila. Sungguh naif,
mereka justru bangga dan dengan percaya diri mengajak penegakan khilafah dan
menolak berdirinya bangsa ini. Padahal, kita dilahirkan oleh ‘rahim’ satu
bangsa, bangsa Indonesia.
Untuk konteks masa kini, Semangat nasionalisme bagi mahasiswa tidak
harus dengan angkat senjata membela negara dengan berperang, atau membasmi dan
mendiskriminasi pada golongan yang kontra terhadap bangsa dan negara, tetapi
dengan kecerdasan moral dan intelektual serta kecakapan dan kearifan dalam
bersikap dan bertindak akan menjadikan pemuda sebagai tiang kokoh untuk
mempertahankan bangsa dan negara. Maka dengan demikian, kita dapat menyadarkan
kawan-kawan pemuda yang ternodai oleh doktrin-doktrin anti nasionalisme.
Oleh karena nasionalisme adalah “filter” yang akan mampu menyaring
setiap intervensi dari pihak manapun yang hendak meruntuhkan nilai-nilai sakral
yang dimiliki bangsa ini. Seluruh komponen bangsa, terlebih generasi muda harus
tetap komit dan konsisten untuk memperkokoh semangat nasionalisme yang ditopang
idealisme dan patriotisme demi kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia
sekarang dan masa mendatang.
Refleksi
dan Tantangan
Momentum peringatan hari Sumpah Pemuda ini adalah waktu yang tepat
bagi pemuda untuk menunjukkan peranannya kembali, bukan sebagai motor yang
menggulingkan rezim diktator, tetapi sebagai lokomotif dalam perubahan sosial
yang menjadikan Indonesia maju, sejahtera, dan berkeadilan.
Semuanya telah merindukan dan menanti kembali pergerakan pemuda
Indonesia untuk memberi arah perjalanan bangsa ke depan. Kaum muda selalu
muncul menjadi pelopor untuk menghentikan kesunyian sejarah dengan mengobarkan
api kehidupan yang mencirikan pemuda sebagai pilar kebangkitan sebuah bangsa.
Belajar dari Ki Hajar Dewantoro, pemuda harus memiliki sifat Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. Artinya pemuda harus berada di
garda paling depan dalam melakukan perubahan sosial sebagai lokomotif
perubahan. Di tengah, pemuda harus bahu-membahu bersama rakyat dalam mencapai
kesejahteraan rakyat. Keadaan yang buruk harus segera diakhiri. Di belakang,
pemuda memberikan semangat dan mendorong rakyat bahwa perubahan ke arah yang
lebih baik atau yang dicita-citakan dapat tercapai jika mereka bersatu. .
Dalam hal perubahan atau gerakan yang semestinya pemuda inisiasi
adalah bukan lagi berbicara tentang pelaku Portugis, Belanda atau Kolonialisme,
tetapi melawan konsorsium global beranggotakan lintas negara dan lintas benua.
Yaitu era globalisasi yang lebih banyak berdampak negatif, seperti pola hidup
masyarakat yang menjadi konsumtif, hedonis, dan materialistik. Maka pada
substansinya, tantangan besar kita adalah melawan berbagai macam konsorium era
globalisasi itu.
Pemuda Indonesia harus bergerak, terutama mahasiswa. Bangkit dari
belenggu keterikatan dan segala bentuk penjajahan. Termasuk penjajahan atas
pengekangan berorganisasi, baik organisasi intra maupun ekstra. Mahasiswa
sebagai calon pemimpin masa depan dilarang keras menjauhkan dari dari aktivitas
organisasi. Menjauhkan diri dari dunia organisasi berarti menjauhkan diri dari
kehidupan konkret masyarakat.
Sebagai gerakan pemuda baru
jangan hanya terikat pada pergerakan yang formalitas. Seperti halnya kegitan KKN terjun ke masyarakat hanya
sesaat. Karena semestinya, kita harus sadar dan mengerti bahwa pemuda bagian
dari masyarakat. Dengan begitu, kita buktikan, bahwa pemuda baru masih hadir
dalam perubahan.
Indonesia menanti gerakan pemuda baru. Untuk itu, Dengan tangan
terkepal maju kemuka kita buktikan, bahwa pemuda merupakan unsur yang esensial
dalam suatu gerakan perubahan. Bahwa di dalam jiwa pemuda terdapat kerelaan
berkorban demi cita-cita. Bahwa di dalam jiwa pemuda mempunyai api idealisme
yang tidak menuntut balasan, baik berupa uang atau jabatan. Bahwa di dalam jiwa
pemuda terdapat semangat yang selalu membara. Bersama pemuda kita mengkritisi
bahkan menentang segala kekuasaan yang tiran. Bersama pemuda, kapal bernama
Indonesia akan maju. Tidak diam, atau tenggelam.
**Penulis adalah anggota aktif MMS (moderate muslim
society) dan KABID 1 PMII KOMFAKA.
KATA INDONESIA DAN SUMPAH PEMUDA
Oleh: Ulil Abshar***
Dulu, sebelum ada Indonesia, bangsa ini dikenal dengan
Nusantara. Nama Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang Barat
pada abad XIX. Tiga nama tokoh yang mengusulkan nama pada saat yang hampir
bersamaan.
Pertama, George Samuel Windsor Earl, Inggris
(1813-1865). Pada tahun (1850) melalui tulisannya yang berjudul “ on the
Leading Caracteristics of the Papuan, Australian-Palay Nation”. Sudah
saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki
nama yang khas, sebab nama Hindia tidak tepat. Ia mengusulkan dua nama Indunesia
dan Malayunesia, namun Earl lebih memilih Malayunesia.
Kedua, James Richardson Logan (1819-1869). Dalam tulisannya
“ The Ethnologyof the Indian Archipelago (1850). Dikatakan istilah
Indian Archipelago (Kepulauan Hindia) menurutnya terlalu panjang
dan membingungkan, maka diambillah kata “ Indunesia ” yang dibuang oleh
Earl dan kemudian disempurnakan menjadi Indonesia. Logan lah yang secara
Konsisten sekaligus pencetus nama Indonesia.
Ketiga, Adolf Bastian, Jerman (1826-1905). Dia adalah guru
besar Etnologi di Universitas Berlin. Dia yang telah mempopulerkan nama Indonesia
dikalangan sarjana Belanda melalui bukunya (1884) yang berjudul Indonesian
Onder Die Inseln Des Malayischen Archipel sebanyak lima jilid, yang memuat
hasil penelitiannya selama 1864-1880 di Nusantara.
Indonesia lahir melalui realisasi cita-cita bangsa setelah
beberapa periode masa perjuangan. Singkatnya, pada tanggal 28 Oktober 1928
melalui Sumpah Pemuda diikrarkan untuk membangun Negara Bangsa, Negara
Indonesia, Bangsa Indonesia. Negara yang dibangun atas dasar Nation State
atau Negara Bangsa.
*** penulis adalah anggota aktif MMS (moderate
muslim society) dan KABID 3 PMII KOMFAKA
0 komentar :
Posting Komentar