Selasa, 28 Oktober 2014



BAB I
PENDAHULUAN
Stilistika adalah bagian dari linguistik  yang memusatkan perhatiannya pada variasi gaya bahasa, terutama bahasa dalam kesusastraan[1]. Sejalan dengan ungkapan tersebut, stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra dan penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Sudjiman mengatakan bahwa stilistika mengkaji wacana sastra dengan orientasi linguistik. Stilistika meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra; ciri itu mempertentangkan atau membedakannya dengan wacana nonsastra; meneliti deviasi atau penyimpangan terhadap tata bahasa sebagai sarana literer; stilistika meneliti fungsi puitik suatu bahasa[2].
Sebagaimana dikemukakan oleh Umar Junus, bahwa stilistika adalah bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, terutama bahasa dalam kesusastraan[3]. Dalam hal ini, gaya bahasa menekankan pada aspek ketepatan dan kesesuaian (bunyi, kata, frase, dan kalimat) dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Secara umum, stilistika mengkaji dua aspek, estetika dan linguistik. Aspek estetik berdasarkan pada cara khas yang digunakan penutur bahasa atau penulis karya, sedang aspek linguistik berkaitan dengan ilmu dasar stilistika[4].
Stilistika mengkaji seluruh  fenomena bahasa, mulai dari fonologi (ilmu bunyi) hingga semantik (makna dari arti bahasa)[5]. Karena ranah kajian tersebut terlalu luas biasanya kajian stilistika dipersempit dengan membatasan pada suatu teks tertentu, dengan memperhatikan preferensi penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati antar hubungan-hubungan pilihan bahasa untuk mengindentifikasi ciri-ciri stilistik (stylistic features) seperti sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi penggunaan kelas kata tertentu), retoris atau deviasi (penyimpangan dari kaidah umum tata bahasa)[6].
Pada makalah ini akan dijelaskan beberapa metode penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian uslubiyyah atau ilmu uslub (stilistika), sebagian metode tersebut muncul dari pendekatan ada pula yang muncul akibat kebutuhan sosial dan psikis seorang pengarang atau penyair, maka disini akan dijelaskan mengenai devinisi serta contoh-contoh analisis melalui pendekatan stilistika yang digunakan struktural, psikologi, dan sosiologi.


BAB II
PEMBAHASAN
Dalam studi stilistika, kemungkinan cara pendekatan yang dapat digunakan ada dua macam, yaitu  1) menganilisis sistem linguistik karya sastra yang dilanjutkan dengan interpretasi ciri-cirinya dilihat dari tujuan estetis karya sastra sebagai makna total, dan 2) mengamati deviasi dan distorsi terhadap pemakaian bahasa yang normal (dengan metode kontras) dan berusaha menemukan tujuan estetisnya[7]. Metode dan pendekatan secara terperinci akan dibahas dalam poin-poin selanjutnya.
Metode dirumuskan dalam beberapa definisi yaitu:
1.      Metode adalah program yang menentukan jalan kita mencapai kebenaran mengenai ilmu-ilmu teoritis
2.      Metode adalah jalan atau cara yang menghantarkan kepada pengungkapan atau penemuan kebenaran ilmu melalui berbagai kaedah, berdasarkan penalaran dan prosesnya dibatasi hingga mencapai hasil kesimpulan.
3.      Metode adalah seni pengorganisasian secara benar mengenai serangkaian pemikiran, baik untuk mengungkap kebenaran atau untuk memberikan bukti kebenaran bagi orang lain[8].

A.  Stilistika Struktural
Struktural adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain dalam satuan yang lebih besar, baik yang berkaitan dengan unsur fatis maupun unsur musis. Unsur fatis adalah unsur-unsur segmental yang berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat, sedangkan unsur musis adalah unsur-unsur bahasa yang berkaitan dengan supra-segmental seperti irama, jeda,tekanan, dan nada. Makna struktural yang berkaitan dengan unsur fatis disebut makna gramatikal, sedangkan yang berkaitan dengan unsur musis disebut makna tematis. Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu.[9]
Langkah awal dalam sebuah penelitian karya sastra adalah dengan menggunakan analisis struktural. Analisis struktural adalah  salah satu kajian kesusastraan yang menitik beratkan pada hubungan antar unsur pembangun karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra tersebut yaitu: penokohan, alur, pusat pengisahan, latar, tema, dan sebagainya. Struktur novel yang hadir di hadapan pembaca merupakan sebuah totalitas. Novel yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan sehingga menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah.[10]
Struktural sering disebut juga dengan pendekatan objektif (Semi, 1984:44-45).[11] Struktural merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri (Kutha Ratna, 2007: 73).[12] Dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya sastra seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis (KuthaRatna, 2007: 74). Pendekatan objektif memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari pencipta dan lingkungan sosial-budaya zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis berdasarkan strukturnya (Sudikan, 2001: 6).
Adapun Karakteristik Struktural adalah:[13]
1)      Asumsi pendekatan struktural adalah bahwa karya sastra baik prosa fiksi maupun puisi atau karya drama bersifat otonom
2)      Bentuk telaah sederhana karena yang ditelaah hanya struktur intrinsik semata;
3)      Unsur yang ditelaah hanya terbatas pada unsur intrinsik serta keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya;
4)      Proses telaah dari struktur bagian ke struktur keseluruhan;
5)      Teknik telaah analitik, yaitu memberi makna tiap bagian struktur intrinsik kemudian baru kepada makna totalitas;
6)      Dasar pertimbangan dalam penentuan makna semata-mata dari unsur intrinsik;
7)       Pangkal tolak telaah linear, dari bagian ke konsep totalitas secara otonom.
8)       Esensi sastra terlepas dari konteks kesemes-taan.
9)       Kritikan Moden Karya dikaji berasaskan kritikan sastera modern.
            Adapun perbedaan struktural dengan yang lainnya diantaranya (1) pendekatan struktural memberi peluang untuk melakukan telaah atau kajian sastra secara lebih rinci dan lebih mendalam, (2)  pendekatan ini mencoba melihat sastra sebagai sebuah karya sastra dengan hanya mempersoalkan apa yang ada di dalam dirinya, (3) memberi umpan balik kepada penulis sehingga dapat mendorong penulis untuk menulis secara lebih berhati-hati dan teliti (Semi, 1993: 70).[14]
Contoh analisis Struktural akan dipaparkan di bawah ini dalam sebuah puisi Rendra:

TOBAT

Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang

Jantungku adalah biji kentang
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah

Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Burung-burung kecil di belukar 
Batang pimping menggeliat




(Rendra, Masmur Mawar)
1.    Analisis Unsur Fisik[15]
a.       Diksi (pilihan kata)
Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 : 59). Dalam puisi “TOBAT” diatas, terdapat beberapa pilihan kata yang digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat dalam puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan oleh penyair mudah dipahami. Seperti pada bait I pada baris 1 dan 2.
“Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas sebala dosaku”
Dalam menggunakan kata-kata aku tobat, ya Tuhanku, pembaca akan lebih mudah mengetahui makna sebenarnya dari puisi tersebut, begitu pula pada kata-kata dalam kalimat tobat atas segala dosaku, kata yang digunakan adalah kata dengan maknasebenarnya.

Bait II
“Jantungku adalah biji kentang
Digigit oleh tanah Subur dan menderita
Digigit oleh tanah”

Kata-kata yang digunakan dalam kalimat puisi di atas menggunakan kata-kata yang mengandung unsur perumpamaan, ini bisa dilihat jelas pada kata “jantungku adalah biji kacang”.
b.      Pengimajinasian (citraan)
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan.
c.       Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung mengungkapkan makna.

Pada puisi “TOBAT” majas yang digunakan :
a.       Perbandingan. Puisi “TOBAT” tidak mempunyai bahasa figuratif  perbandingan.
b.      Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tetapi tidak menggunakan kata-kata pembanding.
Pada puisi “TOBAT” metafora terdapat pada :
Bait II : “Jantungku adalah biji kentang”
Di mana dalam puisi ini penyair menyatakan bahwa jantungnya adalah biji dipersamakan dengan biji kentang.
c.       Personifikasi, kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda- benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia. Pada puisi “TOBAT” personifikasi terdapat pada bait II
“digigit oleh tanah”
     Di mana penyair mempersamakan tanah dengan manusia yang dapat menggigit padahal tanah itu merupakan benda mati.
d.      Verifikasi (rima, ritme dan metrum)
Ƙ  Rima, pengulangan bunyi dalam puisi pada puisi “TOBAT” rima terdapat pada bait I yaitu pengulangan bunyi-ku dan ang.
Aku tobat ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang.
Ƙ  Ritme, pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi “TOBAT” ritma terdapat pada bait II yaitu pengulangan kalimat:
II : “digigit oleh tanah”
Ƙ  Metrum, pengulangan tekanan kata yang tetap pada puisi “TOBAT” metrum tidak terdapat pada puisi tersebut.
Ƙ  Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari puisi pada puisi yang berjudul “TOBAT” mempunyai, tipografi wig zag.





2.      Analisis Berdasarkan Struktur Batin
a.                Tema, merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pada puisi “TOBAT” penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada beberapa bait sang penyair mengatakan tobat atau sang penyair ingintobat dari segala apa yang telah dia lakukan.
b.               Perasaan (Feeling), suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan danharus dihayati oleh pembaca.Pada puisi “TOBAT” sang penyair merasa sedih karena dalam puisi    tersebut penyair mengungkapkan semua kesalahan yang dia lakukan dan akan bertobat.
c.                Nada dan Suasana- Nada, sikap penyair terhadap pembaca Puisi   “TOBAT” sikap penyair terhadap pembaca yaitu : lembut dan halus karena dia memohon agar tobat yang dilakukan dapat diterima- Suasana, keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi yaitu : pembaca merasa sedih dan terharu, serta merenungkan semua apa yang dia lakukansama dengan penyair lakukan.
d.               Amanat (pesan) Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
            Pada puisi “TOBAT” amanat yang terkandung yaitu : segala sesuatu yang kita lakukan baik itu yang bermanfaat atau tidak, pastinya kita akan minta ampun kepada Tuhan.
B.  Psikologi Stilistika
Psikologi dapat menjadi salah satu bahan untuk metode penelitian gaya bahasa (stilistika). Penelitian mengenai gaya bahasa jika dilihat dari sisi psikologinya, maka erat kaitannya kajian tersebut dengan hasil sebuah karya sastra. Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengaran dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan. Asumsi dasar penelitian psikologi dalam sebuah teks antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor.[16]
Pertama, adanya anggapan bahwa sebuah teks merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau subconcius setelah jelas baru dituangkan kedalam bentuk seara sadar (concious). Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan kalimat yang berhasil dituangkan itu dapat dilihat seberapa jaauh pengarang mampu menuangkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah hasil karya.
Kedua, disamping meneliti perwatakan yang mungkin ada pada suatu hasil karya (sastra) juga dapat meneliti aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga karya menjadi semakin hidup. Sentuhan-sentuhan emosi melalui dialog ataupun pelmilihan kata, sebenarnya merupakan gambaran kekalutan dan kejernihan batin pencipta. Kejujuran batin itulah yang akan membentuk orisinilitas karya.
Langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui tiga cara, yakni[17]:
a.       Melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra.
b.      Menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian menentukan teori psikologi yang relevan untuk digunakan.
c.       Secara simultan/serentak menemukan teori dan objek penelitian.
    
Beberapa kemungkinan, pada dasarnya kajian psikologi pada suatu hasil karya dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus:
a.       Tekstual Yakni mengkaji aspek psikologis tokoh dalam sebuah karya.
b.      Resepti-reseptik Yakni mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya yang terbentuk dari pengaruh kekuatan gaya bahasa suatu karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati sebuah karya.
c.       Ekspresif Yakni mengkaji aspek psikologi sang penulis ketika melakukan proses keratif yang terproyeksi lewat karyanya.
Ada pula kajian Estetika Eksperimental yaitu penelitian psikologi sastra yang lebih menitik beratkan pada aspek functioning humand mind “pikiran manusia” ( Segers, 2000:73). Peneliti akan mengaitkan estetika eksperimental sebagai studi pengaruh efek-efek motivasional dari teks sastra pada penerimanya. Efek motivasional ini akan tampak melalui aspek kolatif, yaitu sebuah stimulus yang muncul dalam teks sastra. Aspek kolatif merupakan bagian teks yang dapat membangkitkan perasaan, misalnya kebaruan (novelty), surprising (keterkejutan), complexity (kemajemukan), ambiguity (ambiguitas) dan puzzlingnes (keteka-tekian).[18]
Contoh dalam penelitian ini tercermin dalam penelitian pada novel Takdir Cinta Zahrana Citraan merupakan gambaran yang seolah-olah menjadi pengalaman yang kongkret. Gambaran pikiran yang berdampak pada efek pikiran yang dihasilkan oleh penangkapan panca indera. Citraan dalam novel TCZ ini antara lain: citraan visual, citraan perasa, citraan audio, dan citraan moral + religius.
     Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Kecerdasan sastrawan yang sering melampaui batas kewajaran mungkin bisa dideteksi lewat psikologi sastra. Itu sebabnya pemunculan psikologi sastra perlu mendapat sambutan. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara proporsional dengan penelitian psikologi sastra. Apakah sastra merupakan sebuah lamunan, impian, dorongan seks, dan seterusnya dapat dipahami lewat ilmu ini.[19]


Data:
Ruang tamu telah ia rapikan. bunga-bunga ia tata, dan sarung bantal ia ganti dengan yang baru. (TCZ: 7)
Analisis data:
Data tersebut menunjukkan adanya citraan visual. Pengarang berusaha mengajak pembaca dengan memberikan gambaran bahwa pembaca seolah-olah diajak untuk melihat Zahrana sedang merapikan ruang tamu. Ruang tamu yang sudah disediakan untuk menyambut kedatangan pak Karman dan rombongannya.
Data:
Baru saja menyalakan komputer hp-nya berdering beberapa kali. Ada tiga SMS yang masuk. (TCZ: 23)
Analisis data:
Data tersebut menunjukkan citraan audio atau pendengaran. Pengarang menyajikan citraan ini agar pembaca mendengar bunyi dering yang berasal dari handphone. Nada dering tersebut berbunyi sampai beberapa kali. Bunyi nada dering tersebut menandai ada SMS masuk.
Data:s
Geramnya sambil memukul meja di ruang kerjanya. (TCZ: 44)
Analisis data:
Data tersebut menunjukkan citraan perasa. Pengarang mengajak pembaca seolah-olah ikut merasakan yaitu rasa kesakitan. Rasa sakit yang timbul akibat pak Karman memukulkan tangannya di atas meja. Hal itu dilakukan karena tersinggung bahwa hanya ia yang tak diundang dalam acara pernikahan Zahrana.
Data:
“Saat ini status, strata, kedudukan sosial, pendidikan dan lain sebagainya tidak jadi pertimbangan saya Bu Nyai. saya hanya ingin suami yang baik agamanya, baik imannya dan bisa dijadikan teladan untuk anak-anak kelak. (TCZ: 30)
Analisis data:
Data tersebut menunjukkan adanya citraan moral yang bernuansa religius. pengarang memberikan gambaran bahwa  moral seorang gadis Zahrana mempunyai kepribadian baik. Zahrana dalam memilih calon suami, prioritas utama adalah dia seorang laki-laki yang unggul dalam beribadah dan akhlakul karimah.
Kajian stilistika pada novel Takbir  Cinta Zahrana ini untuk menghasilkan suatu esensi sastra yang mengandung estetika. Estetika dalam karya sastra memberikan kesan bahwa karya sastra lebih hidup, mempunyai imajinatif yang tinggi dan nikmat untuk dibaca. Pesan moral yang dituangkan dalam cerita ini pesan-pesan yang mempunyai relevansi dengan nuansa religius yang tercermin dari deretan alur yang islami. Pengarang mengajak pembaca mempunyai kepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan agama dan berusaha melakukan evolusi terhadap tindakan-tindakan yang amoral. 

C.    Sosio Stilistika

Seperti halnya psikologi stilistika, pendekatan sosio stilistika juga erat kaitannyya dengan karya sastra yang dilahirkan dari pengarang. Sebagai produk budaya yang berupa tulisan bermedia bahasa, sastra tidak bisa lepas dengan genetisnya, yaitu manusia sebagai pengarang. Sastra eksis karena ada yang manusia yang menulisnya, dan penulis itu hidup dalam sistem sosial masyarakat yang menjadi kajian sosiologi[20].
Jadi Sosio Stilistika adalah suatu metode penelitian yang mengungkapkan kondisi sosial budaya masyarakat yang dihadapi oleh seorang sastrawan ketika karya lahir dari sastrawan. Dari sini muncullah teori sosio stilistika yaitu kajian inter teks, bandingan kajian teks sezaman dan bagaimana gaya masyarakat pada masa itu.
Penelitian sosio stilistika bertujuan untuk mendeskripsikan relasi antara karya sastra  dengan kenyataan masyarakat yang direpresentasikan jika penelitian diarahkan pada kajian inter teks sebuah karya sastra, kemudian menampilkan kehidupan sementara dari kehidupan itu sendiri atau disebut juga dengan kenyataan sosial[21].
Ada tiga paradigma pendekatan dalam sosiologi sastra[22]:
a.       Sosiologi pengarang, memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yangv telah menciptakan karya sastra.
b.      Sosiologi karya sastra, analisis ini berangkat dari sebuah karya sastra, yang nantinya dijadikan acuan untuk memaknai keadaan masyarakat tersebut.
c.       Sosiologi pembaca, ada dua hal. Pertama, kajian sosiologi terhadap pembaca yang memaknai karya sastra. Kedua, pengaruh sosial dari adanya karya tersebut.
Contoh pada penelitian sosio stilistika dapat tampak dari Karya sastra Al-Busiry yaitu kasidah Burdah :
Ł„ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł‡ŁˆŁ‰ لم ŲŖُŲ±ِŁ‚ُ ŲÆŁ…ْŲ¹Ų§ على طلل  #ŁˆŁ„Ų§ أرقتُ Ł„Ų°ŁƒŲ± البان ŁˆŲ§Ł„Ų¹Ł„Ł…
Kalau bukan karena cinta
Takkan kau curahkan air mata diatas puing
Dan tak akan kau berjaga tuk mengenang
Pohon ban dan gunung alam
Dari karya sastra diatas dapat diteliti dengan cara penelitian sosiologi, dari kenyataan yang terjadi bahwa Busyri menangisi sang Rasul tiada henti sehingga air matanya terkuras habis seolah-olah air matanya tercampur dengan darah. Dari aspek sosiologi Busyri memberikan pesan dan amanah terhadap para pembaca tentang kerohanian yang menjelaskan betapa dalamnya cintanya kehadap Rasulullah. Hal ini menggambarkan latar sosial hubungan antara seorang umat dan rasulnya, hubungan kedekatan dan kecintaan sang pengarang kepada rasulnya. Begitu sayang nya mereka terhadap Rasulullah SAW.
BAB III
KESIMPULAN
Demikian secara umum, telaah stilistika mencakup diksi atau pilihan kata (pilihan leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Biasaya kita sebut gaya-gaya tersebut dengan gaya fonologis, gaya morfologis, gaya sintaksis, dan gaya semantis.
Stilistika mengkaji seluruh  fenomena bahasa, mulai dari fonologi (ilmu bunyi) hingga semantik (makna dari arti bahasa) melalui pendekatan yang digunakan antara lain struktural, psikologi, dan sosiologi.














DAFTAR PUSTAKA
v  Fitri Hadi dan Nurhayati, Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural, Universitas Negeri Makassar, 2009
v  Imam Mahdil Umami. Analisis Wacana Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu-Lagu Ungu:Kajian Stilistika.
v  Kurniawan, Heru. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu,2012
v  Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008
v  Minderop, albertine. Psikologi sastra; karya sastra, metode, teori, dan contoh kasus. Jakarta; yayasan pustaka obor Indonesia, 2010
v  Panuti Sudjiman, Bungai Rampai Stilistika, Jakarta : Grafiti, 1993.
v  Rene Wellek da Austin Warren, Teori Kesusastraan, terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia, 1990
v  Syukri Muhammad Ayyad, Madkhal Ilaa Ilmi Uslub, Riyadh : Dar Al-Ulum, 1982
v  Umar Junus, Stilistika : Suatu Pengantar, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989
v  Alfian Rokhmansyah.”Pendekatan Struktural dalam karya sastra”. 07 Mei 2010. File:// Pendekatan_Struktural dalam Peneletian.htm


[1] Umar Junus, Stilistika : Suatu Pengantar,(Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989), hal. 42
[2] Panuti Sudjiman, Bungai Rampai Stilistika, (Jakarta : Grafiti, 1993), hal.2-3
[3] Umar Junus, Stilistika : Suatu Pengantar, h. 142
[4] Syukri Muhammad Ayyad, Madkhal Ilaa Ilmi Uslub, h. 50
[5] Syukri Muhammad Ayyad, Madkhal Ilaa Ilmi Uslub, (Riyadh : Dar Al-Ulum, 1982), hal. 48
[6] Panuti Sudjiman, Bungai Rampai Stilistika, h. 14
[7] Rene Wellek da Austin Warren, Teori Kesusastraan, terjemahan Melani Budianta. (Jakarta: Gramedia, 1990), hal. 226.
[8] Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008), h. 28
[9] .Fitri Hadi dan Nurhayati,Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural,(Universitas Negeri Makassar,2009),hal.3.
[10] . http://teguhwirwan.blogdetik.com/2014/08/04/struktur-sastra-dan-aspek-sosial-novel-toenggoel-karya-eer-asura/,
[11] .http //:Analisis Puisi/01/01/2014/,hal.13.
[12] . Imam Mahdil Umami, Analisis Wacana Penggunaan Gaya BahasaDalam Lirik Lagu-Lagu Ungu:Kajian Stilistika, hal.203.
[13] Alfian Rokhmansyah.”Pendekatan Struktural dalam karya sastra”. 07 Mei 2010. File:// Pendekatan_Struktural dalam Peneletian.htm
[15] Rene Wellek da Austin Warren, Teori Kesusastraan, terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia, 1990

[16]Minderop, Albertine. Psikologi Sastra; Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. [Jakarta; Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010] H. 55
[17] Minderop, Albertine. Psikologi Sastra; Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. [Jakarta; Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010]. H. 59
[19] Minderop, Albertine. Psikologi Sastra; Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. H. 60
[20]Kurniawan, heru. Teori, Metode, Dan Aplikasi Sosiologi Sastra. (Yogyakarta: Graha Ilmu,2012) H.6
[21] Kurniawan, heru. Teori, Metode, Dan Aplikasi Sosiologi Sastra. H. 11
[22]Kurniawan, heru. Teori, Metode, Dan Aplikasi Sosiologi Sastra. H. 11

2 komentar :

  1. maaf mau tanya. misalkan saya mau menganalisis majas dalam lirik lagu pake kajian stilistika dan pake pendekatan struktural tp pendekatan strukturalnya cm bahas unsur ekstrinsik aja. apakah benar atau salah ya? makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan maslaah benar atau salahnya, melainkan kesulitan yang akan didapat akan semakin bertambah. kalu berbicara stylistika secara ekstrinsik otomatis menyangkut kehidupan pengaranganya dan kebiasaan pengarang. dan itu akan memmbutuhkan daya lebih untuk mengetahui keseharian pada diiri pengarangnya. semoga membantu maaf telat

      Hapus