BAB I
PENDAHULUAN
Stilistika
adalah bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi
gaya bahasa, terutama bahasa dalam kesusastraan[1]. Sejalan dengan ungkapan tersebut, stilistika
adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra dan
penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Sudjiman mengatakan bahwa stilistika mengkaji
wacana sastra dengan orientasi linguistik. Stilistika meneliti ciri khas
penggunaan bahasa dalam wacana sastra; ciri itu mempertentangkan atau
membedakannya dengan wacana nonsastra; meneliti deviasi atau penyimpangan
terhadap tata bahasa sebagai sarana literer; stilistika meneliti fungsi puitik
suatu bahasa[2].
Sebagaimana
dikemukakan oleh Umar Junus, bahwa stilistika adalah bagian dari linguistik
yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, terutama bahasa
dalam kesusastraan[3].
Dalam hal ini, gaya bahasa menekankan pada aspek ketepatan dan kesesuaian
(bunyi, kata, frase, dan kalimat) dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Secara umum, stilistika mengkaji dua aspek, estetika dan linguistik. Aspek
estetik berdasarkan pada cara khas yang digunakan penutur bahasa atau penulis
karya, sedang aspek linguistik berkaitan dengan ilmu dasar stilistika[4].
Stilistika
mengkaji seluruh fenomena bahasa, mulai dari fonologi (ilmu bunyi) hingga
semantik (makna dari arti bahasa)[5].
Karena ranah kajian tersebut terlalu luas biasanya kajian stilistika dipersempit
dengan membatasan pada suatu teks tertentu, dengan memperhatikan
preferensi penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati antar
hubungan-hubungan pilihan bahasa untuk mengindentifikasi ciri-ciri stilistik (stylistic
features) seperti sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi
penggunaan kelas kata tertentu), retoris atau deviasi (penyimpangan dari kaidah
umum tata bahasa)[6].
Pada
makalah ini akan dijelaskan beberapa metode penelitian yang dapat digunakan
dalam penelitian uslubiyyah atau ilmu uslub (stilistika), sebagian metode
tersebut muncul dari pendekatan ada pula yang muncul akibat kebutuhan sosial
dan psikis seorang pengarang atau penyair, maka disini akan dijelaskan mengenai
devinisi serta contoh-contoh analisis melalui pendekatan stilistika yang
digunakan struktural, psikologi, dan sosiologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam studi stilistika, kemungkinan cara
pendekatan yang dapat digunakan ada dua macam, yaitu 1) menganilisis
sistem linguistik karya sastra yang dilanjutkan dengan interpretasi
ciri-cirinya dilihat dari tujuan estetis karya sastra sebagai makna total, dan
2) mengamati deviasi dan distorsi terhadap pemakaian bahasa yang normal (dengan
metode kontras) dan berusaha menemukan tujuan estetisnya[7].
Metode dan pendekatan secara terperinci akan dibahas dalam poin-poin
selanjutnya.
Metode
dirumuskan dalam beberapa definisi yaitu:
1.
Metode adalah
program yang menentukan jalan kita mencapai kebenaran mengenai ilmu-ilmu
teoritis
2.
Metode adalah
jalan atau cara yang menghantarkan kepada pengungkapan atau penemuan kebenaran
ilmu melalui berbagai kaedah, berdasarkan penalaran dan prosesnya dibatasi
hingga mencapai hasil kesimpulan.
3.
Metode adalah
seni pengorganisasian secara benar mengenai serangkaian pemikiran, baik untuk
mengungkap kebenaran atau untuk memberikan bukti kebenaran bagi orang lain[8].
A. Stilistika Struktural
Struktural
adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur bahasa yang satu
dengan unsur bahasa yang lain dalam satuan yang lebih besar, baik yang
berkaitan dengan unsur fatis maupun unsur musis. Unsur fatis adalah unsur-unsur
segmental yang berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat, sedangkan unsur
musis adalah unsur-unsur bahasa yang berkaitan dengan supra-segmental seperti
irama, jeda,tekanan, dan nada. Makna struktural yang berkaitan dengan unsur
fatis disebut makna gramatikal, sedangkan yang berkaitan dengan unsur musis
disebut makna tematis. Struktur
merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak
dapat berdiri sendiri di luar struktur itu.[9]
Langkah awal
dalam sebuah penelitian karya sastra adalah dengan menggunakan analisis
struktural. Analisis struktural adalah
salah satu kajian kesusastraan yang menitik beratkan pada hubungan antar
unsur pembangun karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra tersebut
yaitu: penokohan, alur, pusat pengisahan, latar, tema, dan sebagainya. Struktur
novel yang hadir di hadapan pembaca merupakan sebuah totalitas. Novel yang
dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan
sehingga menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah.[10]
Struktural
sering disebut juga dengan pendekatan objektif (Semi, 1984:44-45).[11]
Struktural merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apapun yang
dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri (Kutha Ratna,
2007: 73).[12]
Dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya sastra seperti citra bahasa,
stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas
estetis (KuthaRatna, 2007: 74). Pendekatan objektif memandang karya sastra
sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari pencipta dan lingkungan
sosial-budaya zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis berdasarkan
strukturnya (Sudikan, 2001: 6).
1)
Asumsi
pendekatan struktural adalah bahwa karya sastra baik prosa fiksi maupun puisi
atau karya drama bersifat otonom
2)
Bentuk telaah
sederhana karena yang ditelaah hanya struktur intrinsik semata;
3)
Unsur yang
ditelaah hanya terbatas pada unsur intrinsik serta keterkaitan antara satu
unsur dengan unsur lainnya;
4)
Proses telaah
dari struktur bagian ke struktur keseluruhan;
5)
Teknik telaah
analitik, yaitu memberi makna tiap bagian struktur intrinsik kemudian baru
kepada makna totalitas;
6)
Dasar pertimbangan
dalam penentuan makna semata-mata dari unsur intrinsik;
7)
Pangkal tolak telaah linear, dari bagian ke
konsep totalitas secara otonom.
8)
Esensi
sastra terlepas dari konteks kesemes-taan.
9)
Kritikan Moden Karya dikaji berasaskan
kritikan sastera modern.
Adapun perbedaan
struktural dengan yang lainnya diantaranya (1) pendekatan struktural memberi
peluang untuk melakukan telaah atau kajian sastra secara lebih rinci dan lebih
mendalam, (2) pendekatan ini mencoba melihat sastra sebagai sebuah karya
sastra dengan hanya mempersoalkan apa yang ada di dalam dirinya, (3) memberi
umpan balik kepada penulis sehingga dapat mendorong penulis untuk menulis
secara lebih berhati-hati dan teliti (Semi, 1993: 70).[14]
Contoh analisis Struktural akan dipaparkan di bawah ini dalam sebuah puisi Rendra:
TOBAT
Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang
Jantungku adalah biji kentang
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah
Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Burung-burung kecil di
belukar
Batang pimping menggeliat
(Rendra, Masmur Mawar)
1.
Analisis Unsur
Fisik[15]
a.
Diksi (pilihan
kata)
Diksi
merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan
suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca
(Fajahono. 1990 : 59). Dalam puisi
“TOBAT” diatas, terdapat beberapa pilihan kata
yang digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat
dalam puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan oleh penyair mudah dipahami. Seperti pada bait I pada baris 1 dan 2.
“Aku tobat, ya
Tuhanku
Tobat atas
sebala dosaku”
Dalam
menggunakan kata-kata aku tobat, ya Tuhanku, pembaca akan lebih mudah mengetahui
makna sebenarnya dari puisi tersebut, begitu pula pada kata-kata dalam kalimat
tobat atas segala dosaku, kata yang digunakan adalah kata dengan
maknasebenarnya.
Bait II
“Jantungku
adalah biji kentang
Digigit oleh
tanah Subur dan menderita
Digigit oleh
tanah”
Kata-kata yang
digunakan dalam kalimat puisi di atas menggunakan kata-kata yang mengandung
unsur perumpamaan, ini bisa dilihat jelas pada kata “jantungku adalah biji
kacang”.
b.
Pengimajinasian
(citraan)
Pengimajinasian
adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris
seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan.
c. Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa
figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung mengungkapkan makna.
Pada puisi
“TOBAT” majas yang digunakan :
a.
Perbandingan.
Puisi “TOBAT” tidak mempunyai bahasa figuratif
perbandingan.
b.
Metafora
adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tetapi tidak
menggunakan kata-kata pembanding.
Pada puisi
“TOBAT” metafora terdapat pada :
Bait II :
“Jantungku adalah biji kentang”
Di mana dalam
puisi ini penyair menyatakan bahwa jantungnya adalah biji dipersamakan dengan
biji kentang.
c.
Personifikasi,
kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda- benda mati dibuat dapat
berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia. Pada puisi “TOBAT”
personifikasi terdapat pada bait II
“digigit oleh
tanah”
Di mana penyair mempersamakan tanah dengan
manusia yang dapat menggigit padahal tanah itu merupakan benda mati.
d.
Verifikasi
(rima, ritme dan metrum)
Ć Rima, pengulangan bunyi dalam puisi pada puisi
“TOBAT” rima terdapat pada bait I yaitu pengulangan bunyi-ku dan ang.
Aku tobat ya
Tuhanku
Tobat atas
segala dosaku
Kacang-kacang
berkembang
Daun kobis
segar di ladang.
Ć Ritme, pengulangan bunyi, kata, frase dan
kalimat pada puisi “TOBAT” ritma terdapat pada bait II yaitu pengulangan
kalimat:
II : “digigit
oleh tanah”
Ć Metrum, pengulangan tekanan kata yang tetap
pada puisi “TOBAT” metrum tidak terdapat pada puisi tersebut.
Ć Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari
puisi pada puisi yang berjudul “TOBAT” mempunyai, tipografi wig zag.
2.
Analisis
Berdasarkan Struktur Batin
a.
Tema,
merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pada puisi “TOBAT”
penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada beberapa bait sang
penyair mengatakan tobat atau sang penyair ingintobat dari segala apa yang
telah dia lakukan.
b.
Perasaan
(Feeling), suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan danharus dihayati
oleh pembaca.Pada puisi “TOBAT” sang penyair merasa sedih karena dalam
puisi tersebut penyair mengungkapkan
semua kesalahan yang dia lakukan dan akan bertobat.
c.
Nada dan
Suasana- Nada, sikap penyair terhadap pembaca Puisi “TOBAT” sikap penyair terhadap pembaca yaitu
: lembut dan halus karena dia memohon agar tobat yang dilakukan dapat diterima-
Suasana, keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi yaitu : pembaca merasa
sedih dan terharu, serta merenungkan semua apa yang dia lakukansama dengan
penyair lakukan.
d.
Amanat (pesan)
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Pada puisi “TOBAT” amanat yang
terkandung yaitu : segala sesuatu yang kita lakukan baik itu yang bermanfaat
atau tidak, pastinya kita akan minta ampun kepada Tuhan.
B. Psikologi Stilistika
Psikologi
dapat menjadi salah satu bahan untuk metode penelitian gaya bahasa
(stilistika). Penelitian mengenai gaya bahasa jika dilihat dari sisi
psikologinya, maka erat kaitannya kajian tersebut dengan hasil sebuah karya
sastra. Psikologi sastra adalah telaah karya sastra
yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu
karya psikologis, hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana
keterlibatan psikologi pengaran dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh
rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan.
Asumsi dasar penelitian psikologi dalam sebuah teks antara lain dipengaruhi
oleh beberapa faktor.[16]
Pertama,
adanya anggapan bahwa sebuah teks merupakan produk dari suatu kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau subconcius
setelah jelas baru dituangkan kedalam bentuk seara sadar (concious). Antara sadar
dan tidak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan
kalimat yang berhasil dituangkan itu dapat dilihat seberapa jaauh pengarang
mampu menuangkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah hasil
karya.
Kedua,
disamping meneliti perwatakan yang mungkin ada pada suatu hasil karya (sastra)
juga dapat meneliti aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika
menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan
perwatakan tokoh sehingga karya menjadi semakin hidup. Sentuhan-sentuhan emosi
melalui dialog ataupun pelmilihan kata, sebenarnya merupakan gambaran kekalutan
dan kejernihan batin pencipta. Kejujuran batin itulah yang akan membentuk
orisinilitas karya.
Langkah
pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui tiga cara, yakni[17]:
a.
Melalui
pemahaman teori-teori psikologi, kemudian dilakukan analisis terhadap suatu
karya sastra.
b.
Menentukan
sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian menentukan teori
psikologi yang relevan untuk digunakan.
c.
Secara
simultan/serentak menemukan teori dan objek penelitian.
Beberapa
kemungkinan, pada dasarnya kajian psikologi pada suatu hasil karya dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus:
a.
Tekstual Yakni
mengkaji aspek psikologis tokoh dalam sebuah karya.
b.
Resepti-reseptik
Yakni mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya yang terbentuk
dari pengaruh kekuatan gaya bahasa suatu karya yang dibacanya, serta proses
resepsi pembaca dalam menikmati sebuah karya.
c.
Ekspresif Yakni
mengkaji aspek psikologi sang penulis ketika melakukan proses keratif yang
terproyeksi lewat karyanya.
Ada pula kajian Estetika Eksperimental yaitu penelitian psikologi sastra yang lebih menitik beratkan pada aspek functioning
humand mind “pikiran manusia” ( Segers, 2000:73). Peneliti akan mengaitkan
estetika eksperimental sebagai studi pengaruh efek-efek motivasional dari teks
sastra pada penerimanya. Efek motivasional ini akan tampak melalui aspek
kolatif, yaitu sebuah stimulus yang muncul dalam teks sastra. Aspek kolatif
merupakan bagian teks yang dapat membangkitkan perasaan, misalnya kebaruan (novelty),
surprising (keterkejutan), complexity (kemajemukan), ambiguity (ambiguitas) dan
puzzlingnes (keteka-tekian).[18]
Contoh dalam penelitian ini tercermin dalam penelitian pada novel Takdir Cinta
Zahrana Citraan merupakan gambaran
yang seolah-olah menjadi pengalaman yang kongkret. Gambaran pikiran yang
berdampak pada efek pikiran yang dihasilkan oleh penangkapan panca indera.
Citraan dalam novel TCZ ini antara lain: citraan visual, citraan perasa,
citraan audio, dan citraan moral + religius.
Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan
berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Kecerdasan
sastrawan yang sering melampaui batas kewajaran mungkin bisa dideteksi lewat
psikologi sastra. Itu sebabnya pemunculan psikologi sastra perlu mendapat
sambutan. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara proporsional
dengan penelitian psikologi sastra. Apakah sastra merupakan sebuah lamunan,
impian, dorongan seks, dan seterusnya dapat dipahami lewat ilmu ini.[19]
Data:
Ruang tamu telah ia rapikan. bunga-bunga ia tata, dan sarung bantal ia
ganti dengan yang baru. (TCZ: 7)
Analisis
data:
Data
tersebut menunjukkan adanya citraan visual. Pengarang berusaha mengajak pembaca
dengan memberikan gambaran bahwa pembaca seolah-olah diajak untuk melihat
Zahrana sedang merapikan ruang tamu. Ruang tamu yang sudah disediakan untuk
menyambut kedatangan pak Karman dan rombongannya.
Data:
Baru saja
menyalakan komputer hp-nya berdering beberapa kali. Ada tiga SMS yang masuk. (TCZ: 23)
Analisis
data:
Data
tersebut menunjukkan citraan audio atau pendengaran. Pengarang menyajikan
citraan ini agar pembaca mendengar bunyi dering yang berasal dari handphone.
Nada dering tersebut berbunyi sampai beberapa kali. Bunyi nada dering tersebut
menandai ada SMS masuk.
Data:s
Geramnya
sambil memukul meja di ruang kerjanya. (TCZ: 44)
Analisis
data:
Data
tersebut menunjukkan citraan perasa. Pengarang mengajak pembaca seolah-olah
ikut merasakan yaitu rasa kesakitan. Rasa sakit yang timbul akibat pak Karman
memukulkan tangannya di atas meja. Hal itu dilakukan karena tersinggung bahwa
hanya ia yang tak diundang dalam acara pernikahan Zahrana.
Data:
“Saat ini
status, strata, kedudukan sosial, pendidikan dan lain sebagainya tidak jadi
pertimbangan saya Bu Nyai. saya hanya ingin suami yang baik agamanya, baik
imannya dan bisa dijadikan teladan untuk anak-anak kelak. (TCZ: 30)
Analisis
data:
Data
tersebut menunjukkan adanya citraan moral yang bernuansa religius. pengarang
memberikan gambaran bahwa moral seorang gadis Zahrana mempunyai
kepribadian baik. Zahrana dalam memilih calon suami, prioritas utama adalah dia
seorang laki-laki yang unggul dalam beribadah dan akhlakul karimah.
Kajian stilistika pada novel Takbir Cinta
Zahrana ini untuk menghasilkan suatu esensi sastra yang mengandung estetika.
Estetika dalam karya sastra memberikan kesan bahwa karya sastra lebih hidup,
mempunyai imajinatif yang tinggi dan nikmat untuk dibaca. Pesan moral yang
dituangkan dalam cerita ini pesan-pesan yang mempunyai relevansi dengan nuansa
religius yang tercermin dari deretan alur yang islami. Pengarang mengajak
pembaca mempunyai kepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan agama dan
berusaha melakukan evolusi terhadap tindakan-tindakan yang amoral.
C. Sosio Stilistika
Seperti halnya
psikologi stilistika, pendekatan sosio stilistika juga erat kaitannyya dengan
karya sastra yang dilahirkan dari pengarang. Sebagai produk budaya yang berupa
tulisan bermedia bahasa, sastra tidak bisa lepas dengan genetisnya, yaitu
manusia sebagai pengarang. Sastra eksis karena ada yang manusia yang
menulisnya, dan penulis itu hidup dalam sistem sosial masyarakat yang menjadi
kajian sosiologi[20].
Jadi Sosio Stilistika
adalah suatu metode penelitian yang mengungkapkan
kondisi sosial budaya masyarakat yang dihadapi oleh seorang sastrawan ketika
karya lahir dari sastrawan. Dari sini muncullah
teori sosio stilistika yaitu kajian inter teks, bandingan kajian teks sezaman
dan bagaimana gaya masyarakat pada masa itu.
Penelitian
sosio stilistika bertujuan untuk mendeskripsikan relasi antara karya
sastra dengan kenyataan masyarakat yang
direpresentasikan jika penelitian diarahkan pada kajian inter teks sebuah karya
sastra, kemudian menampilkan kehidupan sementara dari kehidupan itu sendiri
atau disebut juga dengan kenyataan sosial[21].
Ada tiga
paradigma pendekatan dalam sosiologi sastra[22]:
a. Sosiologi pengarang, memaknai pengarang
sebagai bagian dari masyarakat yangv telah menciptakan karya sastra.
b. Sosiologi karya sastra, analisis ini berangkat
dari sebuah karya sastra, yang nantinya dijadikan acuan untuk memaknai keadaan
masyarakat tersebut.
c. Sosiologi pembaca, ada dua hal. Pertama,
kajian sosiologi terhadap pembaca yang memaknai karya sastra. Kedua, pengaruh
sosial dari adanya karya tersebut.
Contoh pada
penelitian sosio stilistika dapat tampak dari Karya sastra Al-Busiry yaitu
kasidah Burdah :
ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁ
ŲŖُŲ±ِŁُ ŲÆŁ
ْŲ¹Ų§ Ų¹ŁŁ Ų·ŁŁ #ŁŁŲ§ Ų£Ų±ŁŲŖُ ŁŲ°ŁŲ± Ų§ŁŲØŲ§Ł ŁŲ§ŁŲ¹ŁŁ
Kalau bukan karena cinta
Takkan kau curahkan air mata diatas
puing
Dan tak akan kau berjaga tuk
mengenang
Pohon ban dan gunung alam
Dari karya
sastra diatas dapat diteliti dengan cara penelitian sosiologi, dari kenyataan
yang terjadi bahwa Busyri menangisi sang Rasul tiada henti sehingga air matanya
terkuras habis seolah-olah air matanya tercampur dengan darah. Dari aspek
sosiologi Busyri memberikan pesan dan amanah terhadap para pembaca tentang kerohanian yang menjelaskan betapa dalamnya
cintanya kehadap Rasulullah. Hal ini menggambarkan
latar sosial
hubungan antara seorang umat dan rasulnya, hubungan kedekatan dan kecintaan
sang pengarang kepada rasulnya. Begitu sayang nya mereka terhadap
Rasulullah SAW.
BAB III
KESIMPULAN
Demikian secara umum, telaah stilistika
mencakup diksi atau pilihan kata (pilihan leksikal), struktur kalimat, majas,
citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang
terdapat dalam karya sastra. Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam
studi stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah
gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Biasaya kita sebut
gaya-gaya tersebut dengan gaya fonologis, gaya morfologis, gaya sintaksis, dan
gaya semantis.
Stilistika mengkaji seluruh fenomena
bahasa, mulai dari fonologi (ilmu bunyi) hingga semantik (makna dari arti
bahasa) melalui pendekatan yang digunakan antara lain struktural, psikologi, dan sosiologi.
DAFTAR PUSTAKA
v Fitri Hadi dan Nurhayati, Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan
Struktural, Universitas Negeri Makassar, 2009
v
Imam Mahdil
Umami. Analisis Wacana Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu-Lagu
Ungu:Kajian Stilistika.
v
Kurniawan, Heru. Teori,
Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu,2012
v Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi &
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008
v
Minderop,
albertine. Psikologi sastra; karya sastra, metode, teori, dan contoh kasus.
Jakarta; yayasan pustaka obor Indonesia, 2010
v Panuti Sudjiman, Bungai Rampai Stilistika,
Jakarta : Grafiti, 1993.
v Rene Wellek da Austin Warren, Teori
Kesusastraan, terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia, 1990
v Syukri Muhammad Ayyad, Madkhal Ilaa Ilmi
Uslub, Riyadh : Dar Al-Ulum, 1982
v Umar Junus, Stilistika : Suatu Pengantar,
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989
v Alfian Rokhmansyah.”Pendekatan Struktural
dalam karya sastra”. 07 Mei 2010. File:// Pendekatan_Struktural dalam
Peneletian.htm
[1] Umar Junus,
Stilistika : Suatu Pengantar,(Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka,
1989), hal. 42
[2] Panuti
Sudjiman, Bungai Rampai Stilistika, (Jakarta : Grafiti, 1993), hal.2-3
[4] Syukri
Muhammad Ayyad, Madkhal Ilaa Ilmi Uslub, h. 50
[5] Syukri
Muhammad Ayyad, Madkhal Ilaa Ilmi Uslub, (Riyadh : Dar Al-Ulum, 1982),
hal. 48
[7] Rene Wellek
da Austin Warren, Teori Kesusastraan, terjemahan Melani Budianta.
(Jakarta: Gramedia, 1990), hal. 226.
[8] Muhbib Abdul
Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2008), h. 28
[9]
.Fitri Hadi dan Nurhayati,Analisis Puisi
Berdasarkan Pendekatan Struktural,(Universitas Negeri Makassar,2009),hal.3.
[10]
.
http://teguhwirwan.blogdetik.com/2014/08/04/struktur-sastra-dan-aspek-sosial-novel-toenggoel-karya-eer-asura/,
[12]
. Imam Mahdil Umami, Analisis
Wacana Penggunaan Gaya BahasaDalam Lirik Lagu-Lagu Ungu:Kajian Stilistika,
hal.203.
[13] Alfian
Rokhmansyah.”Pendekatan Struktural dalam karya sastra”. 07 Mei 2010.
File:// Pendekatan_Struktural dalam Peneletian.htm
[14] Ika
Mustika, Pendekatan Objektif : Salah Satu Pendekatan
Menganalisis Karya Sastra,di ambil dari http://menguntaikata.tumblr.com
[15] Rene Wellek
da Austin Warren, Teori Kesusastraan, terjemahan Melani Budianta.
Jakarta: Gramedia, 1990
[16]Minderop,
Albertine. Psikologi Sastra; Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. [Jakarta; Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010] H. 55
[17] Minderop,
Albertine. Psikologi Sastra; Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. [Jakarta; Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010]. H. 59
[20]Kurniawan, heru. Teori, Metode, Dan Aplikasi Sosiologi Sastra.
(Yogyakarta: Graha Ilmu,2012) H.6
[21] Kurniawan, heru. Teori, Metode, Dan Aplikasi Sosiologi Sastra. H. 11
[22]Kurniawan, heru. Teori, Metode, Dan Aplikasi Sosiologi Sastra. H. 11
maaf mau tanya. misalkan saya mau menganalisis majas dalam lirik lagu pake kajian stilistika dan pake pendekatan struktural tp pendekatan strukturalnya cm bahas unsur ekstrinsik aja. apakah benar atau salah ya? makasih
BalasHapusbukan maslaah benar atau salahnya, melainkan kesulitan yang akan didapat akan semakin bertambah. kalu berbicara stylistika secara ekstrinsik otomatis menyangkut kehidupan pengaranganya dan kebiasaan pengarang. dan itu akan memmbutuhkan daya lebih untuk mengetahui keseharian pada diiri pengarangnya. semoga membantu maaf telat
Hapus